Jumat, 16 Juli 2021

5 Hirarki Kebutuhan Maslow

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Lama tak jumpa, teman-teman. Pada tulisan kali ini, aku akan membahas tentang kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow. Biasanya disebut Hierarki Kebutuhan Maslow.

Kebutuhan dasar kita sebagai manusia dibagi lima dalam teori hierarki kebutuhan Maslow. Yaitu kebutuhan fisik, rasa aman, cinta dan kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri.

(https://brandadventureindonesia.com/pengertian-karyawan-adalah-salah-satu-tahap-dalam-branding-hierarki-kebutuhan-maslow/)

Bisa dilihat dari hierarki kebutuhan dalam bentuk piramida tersebut. Dan untuk lebih rincinya akan kujelaskan dengan poin-poin berikut:

  1. Kebutuhan fisik, merupakan hal yang paling dasar diperlukan manusia. Seperti makan, minum, dan tidur jika seseorang kurang dalam salah satunya saja, pasti ia akan merasa tidak enak badan dan akhirnya kebutuhan lainnya akan terganggu.
  2. Kebutuhan rasa aman. Dalam menjalani hidup keamanan sangatlah penting. Mengetahui rumah aman melindungi diri dan keluarga, jaminan kesehatan dan hari tua aman untuk membantu diri ketika memerlukan biaya untuk berobat atau setelah pensiun nanti. Nah ini penting banget, karena kalau kita udah memenuhi kebutuhan fisik, lalu keamanan untuk diri dan keluarga, bisa diteruskan ke kebutuhan selanjutnya.
  3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang. Manusia membutuhkan cinta dan kasih sayang untuk dirinya karena hal itu membuatnya merasa penting dan membuat hidup lebih indah. Pasti gak enak kan kalo dalam hidup ini gak ada satu pun orang yang bisa memberi dan diberi kasih sayang?
  4. Kebutuhan akan harga diri. Kerja keras dan segala usaha yang telah dilakukan akan sangat bagus jika mendapatkan penghargaan, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Dengan membangun harga diri, membuat seseorang bisa lebih mempertahankan nilai dalam dirinya dan hidup sesuai dengan prinsip yang ia pegang.
  5. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan paling tinggi, di mana kondisi ini dapat berkemungkinan mengembangkan bakat dan karir kita.


Dari lima tingkatan kebutuhan yang sudah disebutkan,  kamu ada di tingkatan berapa?

Jawaban yang boleh disimpan sendiri, boleh juga ditulis di kolom komentar.


Untuk tulisan kali ini, cukup sekian. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Daftar pustaka:

Iskandar. 2016. Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow Terhadap Peningkatan Kinerja Pustakawan. Jurnal Khizanah Al-Hikmah. Vol. 4, No. 1. Hal. 27-28.

https://brandadventureindonesia.com/pengertian-karyawan-adalah-salah-satu-tahap-dalam-branding-hierarki-kebutuhan-maslow/

Minggu, 25 April 2021

Prinsip-prinsip dalam Bimbingan dan Konseling

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika sebelumnya saya sudah mengunggah tulisan tentang asas-asas dalam BK, kali ini saya ingin berbagi informasi pada teman-teman mengenai prinsip di bimbingan dan konseling. Berikut adalah prinsip-prinsip yang dilaksanakan dalam kegiatan BK.

1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik atau konflik dan tidak diskriminatif. Itu berarti bimbingan diberikan kepada semua peserta didik entah itu yang bermasalah ataupun yang tidak jadi bukan cuma anak-anak yang dilabeli nakal aja. Kalau kamu merasa perlu bantuan dan solusi untuk masalah yang kamu alami boleh melakukan bimbingan, insyaallah konselor akan menerima kamu untuk dibimbing.

2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Karena setiap orang memiliki sifat yang unik yaitu berbeda satu sama lain dan dinamis, maka setiap peserta didik akan dibantu untuk menjadi dirinya sendiri secara utuh tidak mengikuti seseorang hingga melupakan jati dirinya.

3. Bimbingan dan konseling menekankan nilai-nilai positif. Maksudnya adalah kegiatan ini dilakukan dengan mengacu pada nilai-nilai positif di dalam diri konseli/peserta didik dan lingkungannya.

4. Bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab bersama. Jadi di bukan hanya tanggung jawab konselor atau guru BK, tetapi juga tanggung jawab guru guru dan pimpinan satuan pendidikan sesuai dengan tugas dan kewenangan serta peran masing-masing.

5. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling pengambilan keputusan dan realisasinya dilakukan oleh peserta didik/konseli secara bertanggung jawab. Tugas konselor saat itu hanya membimbing dan memberikan pilihan-pilihan untuk solusi dari masalahnya.

6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai adegan dalam kehidupan. Maksudnya pemberian layanan bk tidak hanya di satuan pendidikan atau di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.

7. Pemberian layanan BK tidak terlepas dari upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

8. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia. Interaksi antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik harus senantiasa selaras dan serasi dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh kebudayaan di mana layanan itu dilaksanakan. Jadi dalam pelaksanaan kegiatan BK harus selaras dengan budaya yang ada.

9. Bimbingan dan konseling bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan. Layanan bimbingan dan konseling harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta daya dukung sarana dan prasarana prasarana yang tersedia. Karenanya meskipun kegiatan konseling telah berakhir bukan berarti perbaikan diri dari konseling berhenti sampai di situ, tetapi harus terus berlanjut perbaikan diri sampai akhir hayat.

10. Bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh tenaga profesional dan kompeten. Jadi kegiatan ini nggak bisa dilaksanakan oleh orang yang belum mempelajari ilmu BK. Karena banyak kan di dinyatakannya guru BK yang ada di sekolah bukan dari guru BK tapi dari guru pelajaran lain, jika seperti itu kegiatannya akan berlangsung tidak efektif karena guru tersebut belum belum benar-benar memahami ilmu BK.

11. Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan didik/konseling dalam berbagai aspek perkembangan. Tujuannya adalah agar tepat sasaran pada masalah yang dialami peserta didik.

12. Program bimbingan dan konseling dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan layanan dan perkembangan program lebih lanjut. Ini dilakukan setelah kegiatan BK usai, tujuannya agar kegiatan yang selanjutnya lebih baik daripada kegiatan yang sudah dilaksanakan dan melihat seberapa efektif kegiatan yang telah dilaksanakan.


Itulah prinsip-prinsip yang ada dalam bimbingan dan konseling. Idealnya semua prinsip dilaksanakan oleh guru BK/konselor, guru dan staf di sekolah, dan satuan pendidikan. Jika prinsip-prinsip yang telah disebutkan tidak dilaksanakan, maka akan terjadi salah sasaran dalam kegiatan BK. Dengan kata lain kegiatan tidak akan berjalan dengan efektif.

Sekian informasi dari saya kali ini semoga masih ada kesempatan di waktu berikutnya.


Sumber:

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 111, Tahun 2014, Tentang Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dasar dan Menengah.

Minggu, 18 April 2021

KENAPA MELAKSANAKAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING ITU AMAN?

(Naila Haerani)

Assalamu'alaikum, teman-teman. Hari ini aku akan membahas tentang sebuah pertanyaan yang sering diajukan oleh orang-orang sekitarku, yaitu keamanan dan kenyamanan dalam konseling. Apakah temen-temen sudah terbayang jawabannya?

Jawabannya adalah karena bimbingan dan konseling memiliki asas dan kode etik dalam pelaksanaannya. Tapi di tulisan kali ini aku akan membahas asas-asasnya dulu ya. Gimana aja sih asas-asasnya? Yuk langsung dibaca aja!

1. Kerahasiaan yaitu asas layanan yang menuntut konselor atau guru bimbingan dan konseling merahasiakan segenap data dan keterangan tentang peserta didik/konseli, sebagaimana diatur dalam kode etik bimbingan dan konseling. Makanya, data dan rahasia teman-teman akan dijaga dan tidak dibocorkan pada orang lain. Semuanya aman, jadi teman-teman gak usah khawatir untuk melakukan konseling ya.

2. Kesukarelaan, yaitu asas kesukaan dan kerelaan peserta didik/konseli mengikuti layanan yang diperlukannya. Jadi teman-teman yang akan menjadi konseli dan guru BK yang akan menjadi konselornya harus melaksanakan kegiatan BK dengan sukarela, ya.

3. Keterbukaan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan dan menerima informasi.

4. Keaktifan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli memerlukan keaktifan dari kedua belah pihak. Sederhananya, supaya kegiatan berlangsung tek-tok, efektif, dan efisien.

5. Kemandirian yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang merujuk pada tujuan agar peserta didik/konseli mampu mengambil keputusan pribadi, sosial, belajar, dan karir secara mandiri.

6. Kekinian yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling tau dan mengikuti perubahan situasi dan kondisi masyarakat berbagai tingkat yang berpengaruh kuat terhadap kehidupan peserta didik/konseli.

7. Kedinamisan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang berkembang dan berkelanjutan dalam memandang tentang hakikat manusia, kondisi-kondisi perubahan perilaku, serta proses dan teknik bimbingan dan konseling sejalan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling.

8. Keterpaduan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang terpadu antara tunjuan bimbingan dan konseling dengan tujuan pendidikan dan nilai–nilai luhur yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh masyarakat.

9. Keharmonisan yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang selaras dengan visi dan misi sekolah, nilai dan norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.

10. Keahlian yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling berdasarkan atas kaidah-kaidah akademik dan etika profesional, di mana layanan bimbingan dan konseling hanya dapat diampu oleh tenaga ahli bimbingan dan konseling. Jadi konselor atau guru BK itu memang orang yang memiliki kemampuan resmi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

11. Tut wuri handayani yaitu suatu asas pendidikan yang mengandung makna bahwa konselor atau guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik harus memfasilitasi setiap peserta didik/konseli untuk mencapai tingkat perkembangan yang utuh dan optimal.


Nah, dari asas-asas itu dilaksanakan oleh konselor/guru BK juga oleh teman-teman saat menjadi konseli nanti. Jadi teman-teman gak usah ragu kalo mau konseling ya.


Sampai jumpa lain waktu.

Salam hangat,

Naila Haerani.


Sumber:

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 111, Tahun 2014, Tentang Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dasar dan Menengah.

Minggu, 07 Februari 2021

Tipe Pendekatan Konseling

Antara behavior dan kognitif memiliki perbedaan dalam memandang perilaku manusia, karena behavior lebih menitikberatkan pada perilaku-perilaku yang nampak dilakukan seseorang sedangkan kognitif menitikberatkan pada pemikiran dan kepercayaan seseorang yang menimbulkan suatu perilaku. Hal itu pula yang menjadi faktor terbentuknya perilaku seseorang.


Langkah dalam melakukan konseling behavioral adalah:

1. Assesment, yaitu kegiatan menentukan masalah dan bertujuan memilih metode yang akan digunakan.

2. Goal setting, yaitu kegiatan menyepakati tujuan dan penyelesaian masalah.

3. Technique implementation, yaitu kegiatan konseling dengan mengimplementasikan atau melaksanakan teknik/metode yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Evaluation termination, yaitu kegiatan mengevaluasi kegiatan konseling yang telah dilakukan.

5. Feedback, yaitu umpan balik bagi konselor agar lebih baik dalam konseling selanjutnya.


Langkah dalam melakukan konseling kognitif adalah

1. Mengingat (remembering)

2. Memahami (understanding)

3. Menerapkan (applying)

4. Menganalisis (analyzing)

5. Mengevaluasi (evaluating)

6. Mencipta (creating)


Singkatnya, perbedaan langkah antara konseling kognitif dengan behavior adalah fokus yang diperbaikinya. Kognitif fokus memperbaiki pemikiran dan kepercayaan yang dipegang konseli agar lebih baik. Sedangkan behavior lebih fokus pada perilaku dan kebiasaan.


Ciri-ciri individu yang sakit dan dapat dibantu dengan terapi CBT adalah:

1. Membuat kesimpulan sendiri tanpa didukung oleh fakta.

2. Memandang keadaan dari peristiwa-peristiwa buruk yang mengarah pada kekurangan.

3. Berlebihan dalam memandang sesuatu, terlalu menggeneralisasi. 

4. Memandang sesuatu dengan lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.

5. Menghubung-hubungkan hal di luar diri pada dirinya sendiri meskipun bisa saja hal di luar dirinya sama sekali tidak berhubungan.

6. Menetapkan gambaran seseorang berdasarkan kekurangan atau kesalaham di masa lampau.

7. Berpikir dikotomis, yaitu memandang sesuatu dengan mengkategorikan hitam-putih dari pengalaman baik atau ekstrem.


Langkah dalam melakukan pendekatan dengan teknik CBT adalah indentifikasi masalah pada konseli dengan asesmen, rekonstruksi kognitif dengan menanyakan kembali pada konseli mengenai pikiran-pikiran negatifnya, identifikasi dan koreksi dimana pasien diminta untuk mengidentifikasi dan mengubah pikiran disfungsional, mencatat pikiran, modifikasi perilaku, dan follow up. 


Langkah dalam melakukan pendekatan menggunakan REBT adalah bekerja sama dengan konseli, asesmen, mempersilahkan konseli untuk konseling atau terapi, mengimplementasikan program, evaluasi kemajuan, dan pengakhiran konseling saat tujuan sudah tercapai.


Jika teman-teman ingin melihat contoh konseling dengan teknik CBT, saya dan teman saya pernah membuat videonya dan teman-teman bisa mengaksesnya melalui link berikut.

https://youtu.be/n0FkIstrcl0


Referensi:

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/psikiatri/cognitive-behavioral-therapy/teknik

http://abdrauf4060.blogspot.com/2012/12/teknik-konseling-dalam-pendekatan.html?m=1

Mengenal Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja menjadi salah satu jenis patologi sosial. Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dikatakan menyimpang karena melanggar norma, nilai, dan hukum yang berlaku di lingkungannya.


Menurut Howard Becker (1966: 226-38) jenis kenakalan remaja dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Kenakalan remaja-remaja per orangan adalah kenakalan yang dilakukan oleh satu orang saja, biasanya dilakukan oleh remaja yang mengalami masalah psikologis dari trauma di masa lalunya.

2. Kenakalan remaja berkelompok dilakukan dengan dukungan kelompok. Sebab masalahnya tidak terletak pada kepribadian individu atau keluarganya, tetapi pada unsur budaya dan lingkungan.

3. Kenakalan remaja terorganisir dilakukan oleh kelompok yang sudah terkembang secara diorganisir dengan formal. Kenakalan ini didasarkan pada norma yang berlaku dalam kelompok.

4. Kenakalan remaja situasional dilakukan saat ada momentum atau kesempatan untuk melakukan kenakalan. Berbeda dengan jenis-jenis sebelumnya yang memiliki akar masalah dalam, jenis ini sering kali memiliki akar masalah yang sederhana dan dangkal.


Salah satu kenakalan remaja adalah tawuran antarpelajar. Kasus ini sudah sering kali kita dengar dan tak jarang menimbulkan korban, baik korban luka maupun korban jiwa. Penyebab dari tawuran juga tidak karena satu hal. Menurut Kartini Kartono yang menggolongkan penyebab kenakalan remaja menjadi empat poin, yaitu biologis, psikogenis, sosiogenis, dan subkultur. Salah satu kasus yang saya ambil sebagai contoh adalah kasus tawuran antarpelajar di Depok ini.

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/07/21/10012351/tawuran-antarpelajar-di-depok-satu-remaja-kena-bacok-lalu-tak-sadarkan

Maka penyebab tawuran bisa masuk pada psikogenis dan sosiogenis karena siswa yang melakukan tawuran mendapat dorongan dari kelompoknya untuk membuktikan bahwa dirinya dan kelompoknya adalah yang paling baik dan lebih kuat dari kelompok lawan. 


Seandainya kita posisikan sebagai kenakalan dari empat poin, yaitu kenakalan individual, kenakalan situasional, kenakalan sistemik, dan kenakalan kumulatif, maka akan berkemungkinan seperti berikut:

1. Jika pelaku tawuran diposisikan sebagai kategori kenakalan individual, maka berkemungkinan ia memiliki gangguan psikologis seperti psikopat atau asosial. Bisa di bilang ia memiliki psikologi yang abnormal. 

2. Jika pelaku tawuran tadi diposisikan dalam kategori kenakalan situasional, maka ia memiliki psikologi yang normal. Akan tetapi, ia ditekan oleh kelompoknya untuk melakukan kenakalan remaja dengan contoh tawuran.

3. Jika pelaku tawuran diposisikan dalam kategori kenakalan sistemik, maka kenakalannya didukung oleh kelompok tanpa adanya tekanan. 

4. Jika pelaku tawuran diposisikan dalam kategori kenakalan kumulatif, maka penyebab ia melakukan kenakalan itu adalah karena banyaknya contoh di masyarakat.


Pelaku tawuran dapat dikategorikan penyimpangan perilaku asosial karena ia tau itu salah tapi masih tetap melakukan karena menganggap hal itu bisa membuatnya diakui oleh orang sekitar, dianggap lebih hebat dan kuat oleh kelompok lain.


Referensi:

Weya, Bas. (2015). Peran Orang Tua Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di Kelurahan Kembu Distrik Kembu Kabupaten Tolikara. Jurnal Holistik. Halaman 5-7.

https://dosensosiologi.com/jenis-kenakalan-remaja/